Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk di daerah pedesaan melakukan aktivitas bercocok tanam. Mereka menanam berbagai macam tanaman di lahan yang memang telah mereka persiapkan dengan baik. Mulai dari membuka lahan dengan penebangan pepohonan, pembakaran kayu sisa penebangan hingga pengolahan lahan dan penanaman. Pada umumnya mereka melakukan semua aktivitas ini dengan cara manual. Hal ini disebabkan oleh minimnya modal yang mereka miliki untuk menggunakan peralatan yang modern.
Dalam mengolah lahan pertanian, kebanyakan dari petani mengandalkan tenaga keras mereka. Tidak jarang kita temukan para petani yang memaksakan dirinya untuk melakukan aktivitas ini di terik matahari. Bahkan ada yang kita temukan para petani yang mengerjakan lahannya hingga sehari penuh tanpa istirahat. Mereka hanya memanfaatkan waktu pada malam hari untuk istirahat. Namun pagi harinya akan dilanjutkan kembali bekerja mengolah lahan mereka.
Namun semua itu berangsur-angsur ditinggalkan oleh petani. Mereka labih memilih menggunakan alat yang lebih modern dalam pengolahan lahannya. Meski kadang mereka harus mengeluarkan modal lebih untuk menyewa alat yang lebih modern lagi. Tidak jarang bagi mereka yang mengeluh karena keuntungan yang mereka dapatkan lebih minim jika dibandingkan dengan menggunakan alat manual. Belum lagi ditambah dengan gagal panen yang bisa jadi akan mereka alami. Gagal panen yang disebabkan oleh hama atau keadaan alam yang tidak bersahabat.
Semua itu telah dirasakan oleh masyarakat. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang mulai merubah cara bertani mereka agar lebih mudah dan ringan dalam pengerjaannya. Berbagai alat modern yang pernah mereka sewa juga mulai mereka tinggalkan. Mereka labih memilih tanaman yang memiliki daya tahan labih kuat terhadap keadaan alam dan mudah dalam pengerjaannya. Kini para petani lebih memilih menanam tanaman keras. Karena tanaman keras ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan tanaman lunak seperti palawija. Tanaman keras yang mudah dalam penanamannya adalah karet dan sawit. Berikut adalah tujuh alasan orang memilih menanam tanaman keras.
Dalam mengolah lahan pertanian, kebanyakan dari petani mengandalkan tenaga keras mereka. Tidak jarang kita temukan para petani yang memaksakan dirinya untuk melakukan aktivitas ini di terik matahari. Bahkan ada yang kita temukan para petani yang mengerjakan lahannya hingga sehari penuh tanpa istirahat. Mereka hanya memanfaatkan waktu pada malam hari untuk istirahat. Namun pagi harinya akan dilanjutkan kembali bekerja mengolah lahan mereka.
Namun semua itu berangsur-angsur ditinggalkan oleh petani. Mereka labih memilih menggunakan alat yang lebih modern dalam pengolahan lahannya. Meski kadang mereka harus mengeluarkan modal lebih untuk menyewa alat yang lebih modern lagi. Tidak jarang bagi mereka yang mengeluh karena keuntungan yang mereka dapatkan lebih minim jika dibandingkan dengan menggunakan alat manual. Belum lagi ditambah dengan gagal panen yang bisa jadi akan mereka alami. Gagal panen yang disebabkan oleh hama atau keadaan alam yang tidak bersahabat.
Semua itu telah dirasakan oleh masyarakat. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang mulai merubah cara bertani mereka agar lebih mudah dan ringan dalam pengerjaannya. Berbagai alat modern yang pernah mereka sewa juga mulai mereka tinggalkan. Mereka labih memilih tanaman yang memiliki daya tahan labih kuat terhadap keadaan alam dan mudah dalam pengerjaannya. Kini para petani lebih memilih menanam tanaman keras. Karena tanaman keras ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan tanaman lunak seperti palawija. Tanaman keras yang mudah dalam penanamannya adalah karet dan sawit. Berikut adalah tujuh alasan orang memilih menanam tanaman keras.
1. Lebih mudah perawatan
Jika dibandingkan dengan tanaman palawija, tanaman keras lebih mudah dalam proses perawatannya. Tanaman palawija membutuhkan perhatian yang khusus dalam penanganannya. Seperti pemupukan yang rutin dilakukan dalam jangka waktu tertentu, pelumpuhan terhadap hama dan gulma yang bisa jadi mengganggu pertumbuhan tanaman palawija. Bahkan bisa dikatakan bahwa palawija harus dilakukan perawatan setiap hari. Pada tanaman keras, kita tidak perlu membutuhkan tenaga yang ekstra dalam perawatannya. Jika kita melakukan pemupukan, kita cukup melakukannya dalam jangka waktu tertentu, dalam proses pelumpuhan gulma kita dapat melakukannya sekali untuk jangka waktu yang panjang.
2. Lebih cepat panen
Tanaman palawija yang kita tanam akan membutuhkan waktu maksimal enam bulan untuk memanennya. Sehingga dalam satu tahun kita bisa memanen tiga hingga empat kali pemanenan. Pada tanaman keras, kita membutuhkan waktu lebih kurang lima tahun untuk mulai memanennya. Memang lebih lama waktu yang dibutuhkan. Namun kita cukup menanam sekali dan dapat dipanen seminggu sekali atau mungkin dua minggu sekali. Tanaman karet dapat kita panen satu hingga dua kali dalam satu minggu, sedangkan tanaman sawit dapat kita panen dua hingga tiga kali dalam sebulan.
3. Tidak mudah terserang penyakit
Lain halnya dengan tanaman palawija, tanaman keras lebih sulit untuk terserang penyakit. Jika ada penyakit yang menyerang tanaman keras maka akan mudah kita temukan obatnya jika dibandingkan dengan tanaman palawija. Namun pada tanaman karet dan sawit sangat jarang kita temukan adanya penyakit yang menyerangnya.
4. Lebih mudah dalam pemasaran
Tanaman palawija terkadang sulit dalam proses pemasaran. Karena sebagian dari pedagang memilih hasil yang benar-benar kering dan bagus. Namun pada tanaman keras, hal ini tidak berlaku. Karena pada tanaman keras jika panen pagi maka siang atau sore sudah dapat kita jual. Atau mungkin setelah selesai memanen, kita dapat langsung menjualnya kepada pengepul.
5. Waktu bekerja yang dibutuhkan lebih sedikit
Untuk memanen tanaman sawit atau karet, kita dapat melakukannya dalam waktu singkat. Untuk satu hektar lahan sawit biasanya orang hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga jam dalam proses panen. Pada tanaman karet, maka waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakannya hanya satu hingga dua jam saja.
6. Tidak mengandalkan musim
Musim tanam bagi tanaman keras bisa dilakukan kapan saja. Demikian halnya dengan musim panen, tidak perlu membutuhkan musim tertentu untuk melakukannya. Ini berarti bahwa tanaman keras dapat dilakukan penanaman dan pemanenan kapan saja. Berbeda halnya dengan tanaman palawija, tanaman ini membutuhkan waktu khusus untuk penanaman dan pemanenannya.
7. Tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit
Tenaga yang dibutuhkan untuk menanam dan memanen tanaman palawija lebih banyak jika dibandingkan panen pada tanaman keras. Dalam perawatannya palawija juga membutuhkan tenaga yang lebih jika dibandingkan dengan tanaman keras.
Itulah tujuh alasan orang lebih memilih tanaman keras jika dibandingkan tanaman palawija.
semoga bermanfaat!
Comments
Post a Comment